Selama ini yang kita tahu sedekah
itu ke orang miskin, ke peminta-minta yang ada di jalan, masuk ke kencleng
masjid. Tahukah bahwa ada yang harus lebih diperhatikan dalam bersedekah selain
kemana kita harus bersedekah? Jawabnya adalah ikhlas.
Malam itu bulan bersinar terang di
langit, dan bintang bintang bertaburan. Subhanallah, alangkah indahnya. Seorang
lelaki, sebut saja namanya “Abu Musa” telah keluar dari rumahnya. Dulu, Abu Musa
dikenal gemar melakukan perbuatan tercela yang dilarang agama. Namun, kini dia
telah bertobat. Sekarang, dia rajin shalat berjamaah di masjid. Dia juga tidak
merasa malu untuk ikut mengaji dan belajar membaca Al Quran, bersama anak anak
yang jauh lebih muda usianya.
Malam itu, setelah mendengar
penjelasan dari Gurunya membahas tentang keutamaan sedekah, hati Abu Musa mulai
tergerak. Guru tersebut menjelaskan, jika seseorang memiliki uang seribu perak dan ia menyedekahkan tiga ratus perak, maka
yang tiga ratus perak itulah yang akan kekal dan dapat dinikmati orang yang
bersedekah di akhirat kelak. Sedangkan yang tujuh ratus perak tidak membuahkan
apa-apa.
Bahkan, uang tiga ratus perak yang
disedekahkan, akan dilipatgandakan oleh Allah sebanyak tujuh ratus kali.
Selama ini, Abu Musa dikenal kaya
dan kikir. Namun, sejak ia bertobat, dia telah berniat akan mengorbankan segala
yang dimilikinya untuk Allah SWT. Sebagian hartanya telah dia rencanakan untuk
disedekahkan dan diinfakkan di jalan Allah SWT.
Dia mengarahkan langkahnya menuju ke
suatu rumah, dimana sebelumnya dia telah menyiapkan kantong berisi seratus perak
untuk disedekahkan. Begitu sampai di rumah yang ditujunya, dia mengetuk pintu.
Seorang lelaki kekar berkumis tebal muncul dari dalam rumah. Setelah
mengucapkan salam, dia memberikan kantong itu pada pemilik rumah, lalu mohon
pamit. Kejadian itu ternyata diketahui oleh beberapa orang tetangga rumah
tersebut.
Pagi harinya, orang orang di pasar
ramai membicarakan apa yang dilakukan Abu Musa tadi malam. Dua orang yang
melihat Abu Musa bersedekah berkata dengan nada mengejek, “Dasar orang tidak
tahu Agama, sedekah saja keliru, masak sedekah kok kepada seorang pencuri dan
perampok. Kalau mau sedekah itu, ya harusnya kepada orang yang baik baik!”
Obrolan orang di pasar itu sampai
juga ke telinga Abu Musa, ia hanya berkata dalam hati, “Alhamdullilah, sedekah
saya telah jatuh ke tangan seorang pencuri, semoga Engkau menerima sedekahku!”.
Malam harinya, Abu Musa kembali
keluar rumah untuk bersedekah. Dia memilih rumah yang ada di dekat pasar.
Setelah mengantarkan sedekahnya yang juga berjumlah seratus perak, dia pulang.
Kali ini Abu Musa berharap, dia tidak keliru memberikan sedekahnya. Pagi
harinya, pasar lebih ribut dari sebelum nya. Seorang penjual daging berkata,
“Nggak tahulah! Abu Musa itu memang aneh. Mau sedekah saja kok kepada orang
kaya. Padahal, orang yang miskin dan memerlukan uang untuk makan, masih banyak
dan ada di mana mana!”
Ternyata, rumah yang didatangi Abu
Musa dan diberi sedekah tadi malam adalah rumah orang kaya. Mendengar berita
dan omongan yang ada di pasar tentang kekeliruannya memberikan sedekah ia
berkata, “Alhamdullilah, sedekah saya telah jatuh ke tangan seorang pencuri,
dan orang kaya, semoga Engkau menerima sedekahku!”
Malam harinya, Abu Musa shalat malam,
lalu ia tertidur di atas sajadah. Dalam tidurnya dia bermimpi didatangi oleh
seseorang yang memberi kabar kepadanya, “Abu Musa, ketahuilah sedekahmu kepada
pencuri, telah membuat pencuri yang melakukan pencurian karena kemiskinannya
itu insyaf dan bertobat kepada Allah, sehingga dia kini tidak mencuri lagi.
Sedekahmu padanya menyadarkannya bahwa masih banyak orang yang peduli padanya. Dan
sedekahmu kepada orang kaya, menjadikan orang kaya tersebut sadar dan merasa
malu. Dengan menerima sedekah tersebut, ia telah mendapat pelajaran dan telah
timbul perasaan di dalam hatinya bahwa dirinya lebih kaya daripada kamu yang
memberikan sedekah tersebut. Ia berniat ingin memberikan sedekah lebih banyak
dari sedekah yang baru saja ia terima. Kemudian, orang kaya itu mendapat taufik
untuk bersedekah. Ia ingin meniru langkahmu, bersedekah dengan ikhlas. Wahai
Abu Musa, ketahuilah, sedekahmu yang ikhlas itu telah diridhoi dan diterima
oleh Allah SWT.”
--
Tambahan untuk orang tua:
Bahwa kita mendidik putra-putri kita
bukan agar mereka menjadi pribadi yang unggul yang nantinya tidak membebani
hidup kita, bukan untuk menjadi orang yang sukses agar kita mendapat hadiah
pensiun yang meringankan hari tua kita, bukan untuk menjadi orang sholehah agar
kita selamat dari api neraka.
Semata-mata kita mendidik mereka,
karena itu adalah kewajiban yang dibebankan oleh Allah. Mendidiknya sesuai
dengan kaidah pendidikan Islam. Menjadikannya persembahan yang terbaik untuk
Allah, mengabdi di jalan Allah tanpa harapan agar amal kita terbalas oleh
anak-anak kita. Hanyalah Allah yang membalas amaliah kita.
Ada 3 sedekah, yang kedua sedekah
kepada perempuan yang tidak baik – dihapus karena terlalu dini untuk
diceritakan ke anak kecil.
Kata ikhlas berarti murni. An Nahl
ayat 66. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya berupa
susu yang bersih antara kotoran dan darah.
air susu ketika tercampur kotoran
bahkan hanya setitik maka susu akan dibuang oleh peminumnya. Begitulah ikhlas
di mata Allah. Sehebat apapun amalan kita ketika tercampur dengan
ketidakikhlasan maka amalan tersebut tertolak oleh Allah SWT.