Monday, November 11, 2013

Sedekah Ikhlas Abu Musa


Selama ini yang kita tahu sedekah itu ke orang miskin, ke peminta-minta yang ada di jalan, masuk ke kencleng masjid. Tahukah bahwa ada yang harus lebih diperhatikan dalam bersedekah selain kemana kita harus bersedekah? Jawabnya adalah ikhlas.

Malam itu bulan bersinar terang di langit, dan bintang bintang bertaburan. Subhanallah, alangkah indahnya. Seorang lelaki, sebut saja namanya “Abu Musa” telah keluar dari rumahnya. Dulu, Abu Musa dikenal gemar melakukan perbuatan tercela yang dilarang agama. Namun, kini dia telah bertobat. Sekarang, dia rajin shalat berjamaah di masjid. Dia juga tidak merasa malu untuk ikut mengaji dan belajar membaca Al Quran, bersama anak anak yang jauh lebih muda usianya.

Malam itu, setelah mendengar penjelasan dari Gurunya membahas tentang keutamaan sedekah, hati Abu Musa mulai tergerak. Guru tersebut menjelaskan, jika seseorang memiliki uang seribu perak  dan ia menyedekahkan tiga ratus perak, maka yang tiga ratus perak itulah yang akan kekal dan dapat dinikmati orang yang bersedekah di akhirat kelak. Sedangkan yang tujuh ratus perak tidak membuahkan apa-apa.

Bahkan, uang tiga ratus perak yang disedekahkan, akan dilipatgandakan oleh Allah sebanyak tujuh ratus kali.



Selama ini, Abu Musa dikenal kaya dan kikir. Namun, sejak ia bertobat, dia telah berniat akan mengorbankan segala yang dimilikinya untuk Allah SWT. Sebagian hartanya telah dia rencanakan untuk disedekahkan dan diinfakkan di jalan Allah SWT.

Dia mengarahkan langkahnya menuju ke suatu rumah, dimana sebelumnya dia telah menyiapkan kantong berisi seratus perak untuk disedekahkan. Begitu sampai di rumah yang ditujunya, dia mengetuk pintu. Seorang lelaki kekar berkumis tebal muncul dari dalam rumah. Setelah mengucapkan salam, dia memberikan kantong itu pada pemilik rumah, lalu mohon pamit. Kejadian itu ternyata diketahui oleh beberapa orang tetangga rumah tersebut.

Pagi harinya, orang orang di pasar ramai membicarakan apa yang dilakukan Abu Musa tadi malam. Dua orang yang melihat Abu Musa bersedekah berkata dengan nada mengejek, “Dasar orang tidak tahu Agama, sedekah saja keliru, masak sedekah kok kepada seorang pencuri dan perampok. Kalau mau sedekah itu, ya harusnya kepada orang yang baik baik!”

Obrolan orang di pasar itu sampai juga ke telinga Abu Musa, ia hanya berkata dalam hati, “Alhamdullilah, sedekah saya telah jatuh ke tangan seorang pencuri, semoga Engkau menerima sedekahku!”.

Malam harinya, Abu Musa kembali keluar rumah untuk bersedekah. Dia memilih rumah yang ada di dekat pasar. Setelah mengantarkan sedekahnya yang juga berjumlah seratus perak, dia pulang. Kali ini Abu Musa berharap, dia tidak keliru memberikan sedekahnya. Pagi harinya, pasar lebih ribut dari sebelum nya. Seorang penjual daging berkata, “Nggak tahulah! Abu Musa itu memang aneh. Mau sedekah saja kok kepada orang kaya. Padahal, orang yang miskin dan memerlukan uang untuk makan, masih banyak dan ada di mana mana!”

Ternyata, rumah yang didatangi Abu Musa dan diberi sedekah tadi malam adalah rumah orang kaya. Mendengar berita dan omongan yang ada di pasar tentang kekeliruannya memberikan sedekah ia berkata, “Alhamdullilah, sedekah saya telah jatuh ke tangan seorang pencuri, dan orang kaya, semoga Engkau menerima sedekahku!”

Malam harinya, Abu Musa shalat malam, lalu ia tertidur di atas sajadah. Dalam tidurnya dia bermimpi didatangi oleh seseorang yang memberi kabar kepadanya, “Abu Musa, ketahuilah sedekahmu kepada pencuri, telah membuat pencuri yang melakukan pencurian karena kemiskinannya itu insyaf dan bertobat kepada Allah, sehingga dia kini tidak mencuri lagi. Sedekahmu padanya menyadarkannya bahwa masih banyak orang yang peduli padanya. Dan sedekahmu kepada orang kaya, menjadikan orang kaya tersebut sadar dan merasa malu. Dengan menerima sedekah tersebut, ia telah mendapat pelajaran dan telah timbul perasaan di dalam hatinya bahwa dirinya lebih kaya daripada kamu yang memberikan sedekah tersebut. Ia berniat ingin memberikan sedekah lebih banyak dari sedekah yang baru saja ia terima. Kemudian, orang kaya itu mendapat taufik untuk bersedekah. Ia ingin meniru langkahmu, bersedekah dengan ikhlas. Wahai Abu Musa, ketahuilah, sedekahmu yang ikhlas itu telah diridhoi dan diterima oleh Allah SWT.”

--
Tambahan untuk orang tua:
Bahwa kita mendidik putra-putri kita bukan agar mereka menjadi pribadi yang unggul yang nantinya tidak membebani hidup kita, bukan untuk menjadi orang yang sukses agar kita mendapat hadiah pensiun yang meringankan hari tua kita, bukan untuk menjadi orang sholehah agar kita selamat dari api neraka.  
Semata-mata kita mendidik mereka, karena itu adalah kewajiban yang dibebankan oleh Allah. Mendidiknya sesuai dengan kaidah pendidikan Islam. Menjadikannya persembahan yang terbaik untuk Allah, mengabdi di jalan Allah tanpa harapan agar amal kita terbalas oleh anak-anak kita. Hanyalah Allah yang membalas amaliah kita.
Ada 3 sedekah, yang kedua sedekah kepada perempuan yang tidak baik – dihapus karena terlalu dini untuk diceritakan ke anak kecil.
Kata ikhlas berarti murni. An Nahl ayat 66. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya berupa susu yang bersih antara kotoran dan darah.
air susu ketika tercampur kotoran bahkan hanya setitik maka susu akan dibuang oleh peminumnya. Begitulah ikhlas di mata Allah. Sehebat apapun amalan kita ketika tercampur dengan ketidakikhlasan maka amalan tersebut tertolak oleh Allah SWT.

No comments:

Post a Comment